RINGKASAN
PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA
I. PEMAKAIAN HURUF
A.
Huruf Abjad
Abjad
yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf, yaitu Aa, Bb, Cc, Dd, Ee, Ff, Gg, Hh, Ii, Jj, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Pp,
Qq, Rr, Ss, Tt, Uu, Vv, Ww, Xx, Yy, Zz.
B.
Huruf Vokal
Huruf
yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu
a, e, i, o, dan u.
C.
Huruf Konsonan
Huruf
yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
D.
Huruf Diftong
Di
dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan
huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
E.
Huruf
Konsonan
Gabungan
huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.
F.
Huruf Kapital
Huruf kapital dipakai sebagai berikut.
1.
Huruf pertama awal kalimat.
Misalnya: Dia
membaca buku.
Siapa namamu?
2.
Huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Wage Rudolf Supratman
Catatan :
a.
Tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang
yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
ikan mujair
mesin diesel
5 ampere
b.
Tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama
kata yang bermakna “anak dari‘, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf
pertama kata tugas.
Misalnya: Abdul
Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
3.
Awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya: Adik
bertanya, "Kapan kita pulang?"
4.
Huruf pertama setiap kata nama agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Islam
Alquran
Allah akan menunjukkan jalan kepada
hamba-Nya.
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang
Engkau beri rahmat.
5.
a. Huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang
diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya: Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Nabi Ibrahim
Doktor Mohammad Hatta
Agung Permana, Sarjana Hukum
b.
Huruf pertama
unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama
jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya: Selamat
datang, Yang Mulia.
Semoga berbahagia, Sultan.
Selamat pagi, Dokter.
Silakan duduk, Prof.
Mohon izin, Jenderal.
6.
Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Gubernur Papua Barat
7.
Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani
bahasa Bali
Catatan: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal
kapital.
Misalnya: pengindonesiaan
kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8.
a. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari besar atau hari raya.
Misalnya: tahun
Hijriah
tarikh Masehi
bulan Agustus
hari Jumat
hari Natal
b.
Huruf pertama
unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya: Konferensi
Asia Afrika
Perang Dunia II
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis
dengan huruf kapital.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya
perang dunia.
9.
Huruf pertama nama geografi.
Misalnya: Jakarta
Asia Tenggara
Pulau Miangas
Bukit Barisan
Dataran Tinggi Dieng
Danau Toba
Selat Lombok
Sungai Musi
Gang Kelinci
Catatan:
(1) Huruf pertama nama geografi yang bukan
nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya: berlayar
ke teluk
mandi di sungai
(2)
Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis
dengan huruf
kapital.
Misalnya: jeruk
bali (Citrus maxima)
kacang bogor (Voandzeia subterranea)
petai cina (Leucaena glauca)
gula jawa
Contoh
berikut bukan nama jenis.
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik
Pekalongan, dan batik Solo.
Selain film Hongkong, juga akan diputar film
India.
Murid SD itu menampilkan tarian Sumatra
Selatan dan tarian Kalimantan Timur.
10.
Huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi,
atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2010
11.
Huruf huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah
serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyajikan makalah "Penerapan
Asas-Asas Hukum Perdata".
12.
Huruf huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya: S.H.
sarjana hukum
S.K.M. sarjana
kesehatan masyarakat
M.A. master
of arts
M.Si. magister
sains
Hj. hajah
Sdr. saudara
13.
Huruf
pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak,
adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan
atau pengacuan.
Misalnya:
"Kapan Bapak
berangkat?" tanya Hasan.
Dendi bertanya, "Itu apa, Bu?"
"Silakan duduk, Dik!" kata orang
itu.
“Hai, Kutu Buku,
sedang membaca apa?”
Catatan:
(1)
Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan.
Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
(2)
Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya: Sudahkah
Anda tahu?
Siapa nama Anda?
G.
Huruf Miring
1.
Dipakai untuk menuliskan judul buku, nama
majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam
daftar pustaka.
Misalnya: Saya
sudah membaca buku Salah Asuhan
karangan Abdoel Moeis.
Majalah Poedjangga
Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
2.
Untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya: Huruf
terakhir kata abad adalah d.
Dia tidak diantar,
tetapi mengantar.
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan!
3.
Untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing.
Nama ilmiah buah manggis ialah garcinia
mangostana.
Ungkapan bhinneka
tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.
Catatan:
a.
Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau
organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf
miring.
b.
Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik
(bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
c.
Kalimat atau teks berbahasa asing atau
berbahasa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia
ditulis dengan huruf miring.
H.
Huruf Tebal
1.
Untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah
ditulis miring.
Misalnya:
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam PUEBI.
Kata et
dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan‘.
2.
Untuk menegaskan bagian-bagian karangan,
seperti judul buku, bab, atau subbab.
Misalnya:
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kondisi
kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh satu bahasa standar dan ratusan
bahasa daerah—ditambah beberapa bahasa asing, terutama bahasa Inggris—
membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa.
1.1.1 Latar Belakang
Masyarakat
Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang beragam terhadap
penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap
bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga
terhadap bahasa Indonesia.
1.1.2 Masalah
Penelitian
ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyarakat Kalimantan terhadap
ketiga bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat tersebut akan digunakan
sebagai formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang diambil.
1.2 Tujuan
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa masyarakat Kalimantan,
khususnya yang tinggal di kota besar terhadap bahasa Indonesia, bahasa daerah,
dan bahasa asing.
II. PENULISAN KATA
A.
Kata Dasar
Kata
dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Kantor
pajak penuh sesak.
Saya pergi ke sekolah.
Buku
itu sangat tebal.
B.
Kata Berimbuhan
1.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta
gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya: berjalan
berkelanjutan
mempermudah
gemetar
lukisan
Catatan:
Imbuhan
yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya: sukuisme
seniman
kamerawan
gerejawi
2.
Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya.
Misalnya: adibusana
antarkota
antibiotik
dwiwarna
ekstrakurikuler
pascasarjana
saptakrida
tritunggal
Catatan:
(1)
Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan
yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
anti-PKI
(2)
Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan
ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3)
Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan,
kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya: Tuhan
Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi
kita.
C.
Bentuk Ulang
Bentuk
ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya: anak-anak
lauk-pauk
berjalan-jalan
terus-menerus
porak-poranda
Catatan:
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
surat kabar = surat-surat kabar
kapal barang = kapal-kapal barang
rak buku = rak-rak buku
kereta api cepat = kereta-kereta api cepat
D.
Gabungan Kata
1.
Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata
majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Misalnya: duta
besar
kambing hitam
simpang empat
cendera mata
2.
Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah
pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya: anak-istri
pejabat anak
istri-pejabat
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru
3.
Gabungan kata yang penulisannya terpisah
tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:
bertepuk tangan
sebar luaskan
4.
Gabungan kata yang mendapat awalan dan
akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya: dilipatgandakan
menggarisbawahi
pertanggungjawaban
5.
Gabungan kata yang sudah padu ditulis
serangkai.
Misalnya:
bagaimana
barangkali
dukacita
kacamata
olahraga
saputangan
sukarela
E.
Pemenggalan
Kata
1.
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan
sebagai berikut.
a. Jika di
tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
b. Huruf diftong
ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya: pan-dai
sau-da-ra
c. Jika di
tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di
antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan
itu.
Misalnya: ba-pak
ke-nyang
d. Jika di
tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya: Ap-ril
cap-lok
makh-luk
e.
Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf
konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan
satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan
huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ul-tra
in-stru-men
Catatan: Gabungan huruf konsonan yang
melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
bang-krut
ikh-las
sang-gup
2.
Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya
dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan
mem-pertanggungjawabkan
memper-tanggungjawabkan
Catatan:
(1)
Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk
dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
me-nu-tup
me-ma-kai
pe-nga-rang
pe-nye-but
(2)
Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti
pada kata dasar.
Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
(3)
Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya
satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai
masalah itu telah disampaikan ….
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau mengambil makanan itu.
3.
Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau
lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain,
pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap unsur gabungan itu
dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
biografi bio-grafi
fotokopi foto-kopi
pascasarjana pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
4.
Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau
lebih pada akhir baris dipenggal di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
Lagu ―Indonesia Raya digubah oleh
Wage Rudolf Supratman.
Buku ---Layar Terkembang dikarang
oleh Sutan Takdir Alisjahbana.
5.
Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri
atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar
R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
Ia bekerja di DLL- AJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar
R. Ng. Rangga - Warsita.
F.
Kata Depan
Kata
depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya: Di
mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Mari kita berangkat ke kantor.
Ia berasal dari Pulau Penyengat.
G.
Partikel
1.
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Bacalah
buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
2.
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
Misalnya: Apa
pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Jika kita hendak pulang tengah malam pun,
kendaraan masih tersedia.
Catatan:Partikel
pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya: Meskipun
sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
3.
Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’,
atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Mereka
masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1
Januari.
H.
Singkatan dan
Akronim
1.
Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan,
atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid
Haji Hamid
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.Si. magister
sains
2.
a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal
setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya: NKRI Negara
Kesatuan Republik Indonesia
UI
Universitas
Indonesia
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal
setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf
kapital tanpa
tanda titik.
Misalnya:
PT perseroan terbatas
MAN madrasah
aliah negeri
3.
Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau
lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
hlm. halaman
dll. dan lain-lain
ttd. tertanda
dkk. dan kawan-kawan
4.
Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang
lazim dipakai dalam surat-menyurat masingmasing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya: a.n.
atas
nama
d.a. dengan
alamat
5.
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya: Cu
kuprum
cm sentimeter
6.
Akronim nama diri yang terdiri atas huruf
awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
BIG Badan Informasi Geospasial
BIN Badan
Intelijen Negara
LIPI Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia
7.
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku
kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal kapital.
Misalnya: Bulog
Badan Urusan
Logistik
Bappenas Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
Suramadu Surabaya
Madura
8.
Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan
huruf awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
pemilu pemilihan
umum
tilang bukti
pelanggaran
I.
Angka dan
Bilangan
Angka
Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
Angka
Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka
Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D
(500), M (1.000), V (5.000), M
(1.000.000)
1.
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara
berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya: Mereka
menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta
buku.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang
setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang abstain.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum
terdiri atas 50 bus, 100 minibus,
dan 250 sedan.
2.
a.
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya: Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa
dari pemerintah daerah.
Tiga
pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
50
siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
3
pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
b.
Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata, susunan kalimatnya diubah.
Misalnya:
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Di
lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
250
orang peserta diundang panitia.
25
naskah kuno tersimpan di lemari itu.
3.
Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat
ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Dia
mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya. Perusahaan
itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah. Proyek pemberdayaan ekonomi
rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4.
Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran
panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang. Misalnya: 0,5 sentimeter 5 kilogram 4 hektare 10 liter
2 tahun 6 bulan 5 hari 1 jam 20 menit
Rp5.000,00 US$3,50 £5,10 ¥100
5.
Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti
jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15 atau Jalan Tanah Abang I/15 Jalan Wijaya No. 14 Hotel Mahameru, Kamar 169 Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201
6.
Angka dipakai untuk menomori bagian karangan
atau ayat kitab suci. Misalnya: Bab X,
Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9 Markus 16: 15—16
7.
Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan
sebagai berikut. a. Bilangan Utuh Misalnya:
dua belas (12) tiga puluh (30) lima ribu (5.000) b. Bilangan Pecahan Misalnya:
setengah atau seperdua (1/2)
seperenam belas (1/16) tiga perempat (3/4)
dua persepuluh (2/10) tiga dua-pertiga (3 2/3)
satu persen (1%) satu permil
(1o/oo)
8.
Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan
dengan cara berikut. Misalnya: abad XX
abad ke-20 abad kedua puluh Perang Dunia II Perang Dunia Ke-2 Perang
Dunia Kedua
9.
Penulisan angka yang mendapat akhiran -an
dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan) tahun 1950-an (tahun
seribu sembilan ratus lima puluhan) uang 5.000-an (uang lima ribuan)
10.
Penulisan bilangan dengan angka dan huruf
sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan
kuitansi. Misalnya: Setiap orang yang menyebarkan atau
mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2),
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00
(dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit
televisi.
11.
Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan
angka dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut. Misalnya:
Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima
ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti
pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus
dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
12.
Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama
geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Kelapadua
Kotonanampek
Rajaampat
Simpanglima
Tigaraksa
J.
Kata Ganti
ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata
ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan
-ku, mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Rumah itu telah kujual.
Majalah ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di
perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
K.
Kata Sandang
si dan sang
Kata
si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si
pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si
pembeli.
Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.
Catatan:
Huruf
awal sang ditulis dengan huruf kapital jika sang merupakan unsur nama Tuhan.
Misalnya:
Kita harus berserah diri kepada Sang
Pencipta.
Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja
Sang Hyang Widhi Wasa.
III.
PEMAKAIAN TANDA BACA
A.
Tanda Titik (.)
1.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat
pernyataan. Misalnya: Mereka duduk di
sana. Dia akan datang pada pertemuan
itu.
2.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: a. I. Kondisi
Kebahasaan di Indonesia A. Bahasa
Indonesia 1. Kedudukan 2. Fungsi B.
Bahasa Daerah 1. Kedudukan 2. Fungsi C.
Bahasa Asing 1. Kedudukan 2. Fungsi b.
1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik 2. Patokan Khusus … ... Catatan: (1) Tanda titik tidak dipakai
pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu perincian.
Misalnya: Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain, a) lambang kebanggaan nasional, b) identitas nasional, dan c) alat pemersatu bangsa; 2) bahasa negara
…. (2) Tanda titik tidak dipakai pada
akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti pada Misalnya 2b).
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan,
grafik, atau gambar. Misalnya: Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia Tabel
1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia Bagan 2 Struktur Organisasi Bagan 2.1 Bagian Umum Grafik 4 Sikap
Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia Grafik 4.1 Sikap Masyarakat
Berdasarkan Usia Gambar 1 Gedung
Cakrawala Gambar 1.1 Ruang Rapat
3.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka
jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu. Misalnya: pukul
01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik
atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20
detik) 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 00.00.30 jam
(30 detik)
4.
Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di
antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru), dan tempat terbit. Misalnya: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta. Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa.
Jakarta: Gramedia. 5. Tanda titik dipakai
untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya: Indonesia memiliki lebih dari
13.000 pulau. Penduduk kota itu lebih
dari 7.000.000 orang. Anggaran lembaga
itu mencapai Rp225.000.000.000,00.
Catatan: (1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.
Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678. (2) Tanda titik tidak
dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.
Misalnya: Acara Kunjungan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Bentuk dan
Kedaulatan (Bab I UUD 1945) Gambar 3
Alat Ucap Manusia Tabel 5 Sikap Bahasa
Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan (3) Tanda titik tidak dipakai di belakang
(a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal surat. Misalnya: Yth.
Direktur Taman Ismail Marzuki Jalan Cikini Raya No. 73 Menteng Jakarta
10330 Yth. Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat
IV Rawamangun Jakarta Timur Indrawati, M.Hum. Jalan Cempaka
II No. 9 Jakarta Timur 21 April 2013
Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)
B.
Tanda Koma (,)
1.
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur
dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya: Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing
lagi. Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan. Satu, dua, ...
tiga!
2.
Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung,
seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya: Saya ingin membeli kamera,
tetapi uang saya belum cukup. Ini bukan
milik saya, melainkan milik ayah saya.
Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak
kalimat yang mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau diundang, saya akan
datang. Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman. Agar memiliki wawasan
yang luas, kita harus banyak membaca buku. Catatan: Tanda koma tidak dipakai
jika induk kalimat mendahului anak kalimat. Misalnya: Saya akan datang kalau
diundang. Dia mempunyai banyak teman karena baik hati. Kita harus banyak
membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
4.
Tanda koma dipakai di belakang kata atau
ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian. Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa
belajar di luar negeri. Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar
kalau dia menjadi bintang pelajar Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian,
anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
5.
Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah
kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai
sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak. Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin! Nak, kapan selesai kuliahmu? Siapa namamu, Dik?
Dia baik sekali, Bu.
6.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya: Kata nenek saya,
―Kita harus berbagi dalam hidup ini.‖
―Kita harus berbagi dalam hidup ini,‖ kata nenek saya, ―karena manusia
adalah makhluk sosial.‖
Catatan: Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah,
atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya. Misalnya: "Di mana Saudara
tinggal?" tanya Pak Lurah. "Masuk ke dalam kelas sekarang!"
perintahnya. ―Wow, indahnya pantai ini!‖ seru wisatawan itu.
7.
Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan
alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat
dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan
Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130 Dekan
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960 Tokyo, Jepang
8.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian
nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Gunawan, Ilham.
1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung. Halim, Amran (Ed.)
1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa. Tulalessy, D.
dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur.
Ambon: Mutiara Beta.
9.
Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian
dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya: Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru
Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25. Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat
dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12. W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia
untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10.
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan
singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:
B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. Bambang Irawan, M.Hum. Siti Aminah, S.H.,
M.H. Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti
Khadijah Mas Agung).
11.
Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau
di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 m 27,3
kg Rp500,50 Rp750,00
12.
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya: Di daerah kami, Misalnya, masih banyak bahan tambang yang
belum diolah. Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti
latihan paduan suara. Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri
Gerakan Nonblok. Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu
tanpa melalui tes.
13.
Tanda koma dapat dipakai di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah
pengertian. Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa
daerah. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih. Bandingkan dengan:
Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah. Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima
kasih.
C.
Tanda Titik Koma (;)
1.
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk. Misalnya: Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
2.
Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian
yang berupa klausa. Misalnya: Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini
adalah (1) berkewarganegaraan
Indonesia; (2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan (4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3.
Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan
bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma. Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan
tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk. Agenda rapat ini
meliputi a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah
tangga, dan program kerja; dan c.
pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
D.
Tanda Titik Dua (:)
1.
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan. Misalnya: Mereka memerlukan perabot rumah
tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang
kemerdekaan: hidup atau mati.
2.
Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian
atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Tahap penelitian yang harus dilakukan
meliputi a. persiapan, b. pengumpulan data, c. pengolahan data, dan d.
pelaporan.
3.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau
ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi c. Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi Pemandu : Abdul
Gani, M.Hum. Pencatat : Sri Astuti
Amelia, S.Pd.
4.
Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama
sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu :
"Bawa koper ini, Nak!" Amir : "Baik, Bu." Ibu :
"Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
5.
Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid
atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak
judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya: Horison, XLIII, No. 8/2008: 8 Surah Albaqarah: 2—5 Matius 2: 1—3 Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen
Nusantara Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
E.
Tanda Hubung (-)
1.
Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian
kata yang terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara lama, diterapkan juga ca- ra baru …. Nelayan pesisir itu
berhasil membudidayakan rum- put laut. Kini ada cara yang baru untuk meng- ukur
panas. Parut jenis ini memudahkan kita me- ngukur kelapa.
2.
Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur
kata ulang.
Misalnya:
anak-anak berulang-ulang kemerah-merahan mengorek-ngorek
3.
Tanda hubung dipakai untuk menyambung
tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf
dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
11-11-2013 p-a-n-i-t-i-a
4.
Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas
hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:
ber-evolusi meng-ukur dua-puluh-lima
ribuan (25 x 1.000) 23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima) mesin
hitung-tangan Bandingkan dengan be-revolusi
me-ngukur dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000) 20 3/25 (dua-puluh tiga
perdua-puluh-lima) mesin-hitung tangan
5.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai a. se-
dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa
Barat); b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H,
sinar-X, berKTP, di-SK-kan); e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas
rahmat-Mu); f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan g. kata ganti -ku, -mu, dan
-nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).
Catatan: Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka
tersebut melambangkan jumlah huruf. Misalnya: BNP2TKI (Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) LP3I (Lembaga Pendidikan
dan Pengembangan Profesi Indonesia) P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)
6.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur
bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
di-sowan-i (bahasa Jawa, ‗didatangi‘) ber-pariban (bahasa Batak, ‗bersaudara
sepupu‘) di-back up me-recall pen-tackle-an
7.
Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk
terikat yang menjadi objek bahasan.
Misalnya:
Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta. Akhiran -isasi pada kata betonisasi
sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
F.
Tanda Pisah (—)
1.
Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri. Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha
keras.
2.
Tanda pisah dapat dipakai juga untuk
menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.
Misalnya:
Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara
internasional. Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan
atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. Gerakan Pengutamaan
Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.
3.
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan,
tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya:
Tahun 2010—2013 Tanggal 5—10 April 2013 Jakarta—Bandung
G.
Tanda Tanya (?)
1.
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati? Siapa pencipta lagu ―Indonesia
Raya‖?
2.
Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung
untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?). Di Indonesia terdapat 740
(?) bahasa daerah.
H.
Tanda Seru (!)
Tanda
seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang
kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut di Bunaken! Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa
Indonesia! Bayarlah pajak tepat pada waktunya! Masa! Dia bersikap seperti itu?
Merdeka!
I.
Tanda Elipsis (...)
1.
Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa
dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam
Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah …. ..., lain
lubuk lain ikannya.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. (2) Tanda elipsis
pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
2.
Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran
yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
―Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?‖ ―Jadi, simpulannya … oh, sudah
saatnya istirahat.‖ Catatan: (1) Tanda elipsis itu didahului dan
diikuti dengan spasi. (2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda
titik (jumlah titik empat buah).
J.
Tanda Petik ("…")
1.
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan
langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
"Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya. "Kerjakan
tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam
rapat." Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, "Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan."
2.
Tanda petik dipakai untuk mengapit judul
sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat. Misalnya: Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku
itu. Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"! Film ―Ainun dan
Habibie‖ merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel. Saya sedang
membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku
Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani. Makalah "Pembentukan Insan
Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar. Perhatikan
"Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.
3.
Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah
ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya:
"Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi. Dilarang memberikan
"amplop" kepada petugas!
K.
Tanda Petik Tunggal ('…')
1.
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit
petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?" "Kudengar
teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan rasa letihku lenyap seketika,"
ujar Pak Hamdan. ―Kita bangga karena lagu ‗Indonesia Raya‘ berkumandang di
arena olimpiade itu,‖ kata Ketua KONI.
2.
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit
makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Misalnya: tergugat 'yang digugat' retina
'dinding mata sebelah dalam' noken 'tas khas Papua' tadulako 'panglima' marsiadap ari 'saling bantu' tuah
sakato 'sepakat demi manfaat bersama' policy 'kebijakan' wisdom 'kebijaksanaan'
money politics 'politik uang'
L.
Tanda Kurung ((…))
1.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM). Warga baru itu belum memiliki KTP
(kartu tanda penduduk). Lokakarya
(workshop) itu diadakan di Manado.
2.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di
Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru pasar dalam negeri.
3.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf
atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya:
Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta. Pesepak bola
kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
4.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf
atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga
kerja. Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
M.
Tanda Kurung Siku ([…])
1.
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit
huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan
atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Misalnya: Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus
sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia. Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan]
Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.
2.
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung. Misalnya:
Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35─38]) perlu dibentangkan di sini.
N.
Tanda Garis Miring (/)
1.
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat,
nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwim.
Misalnya: Nomor: 7/PK/II/2013 Jalan Kramat
III/10 tahun ajaran 2012/2013
2.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti
kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi 'mahasiswa
dan mahasiswi'
dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
buku dan/atau majalah 'buku dan majalah atau
buku atau majalah'
harganya Rp1.500,00/lembar 'harganya Rp1.500,00 setiap lembar'
3.
Tanda garis miring dipakai untuk mengapit
huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan
atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Misalnya: Buku
Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali. Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang
macapat budaya Jawa. Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.
O.
Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda
penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:
Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
IV. PENULISAN
UNSUR SERAPAN
Dalam
perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari
bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing,
seperti bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya
terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force majeur, de facto, de jure,
dan l’exploitation de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih
mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan
diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.
a (Arab,
bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o) mażhab (
(ﻣﺬ هب mazhab qadr ( )ﻗﺩﺭ
kadar ṣaḥābat ( )صحا بﺔ sahabat
haqīqat ( )حﻗﻳﻗﺔ hakikat ‘umrah
( )ﻋﻤﺭﺓ umrah gā’ib
( )ﻏاﺌﺏ gaib iqāmah (
)ﺇﻗاﻤﺔ ikamah khātib ( )ﺨاﻁﺏ
khatib ri
ḍ ā’ ( )ﺭﻀاﺀ
rida
ẓ ālim
( )ﻅاﻠﻡ zalim
‘ain ( ﻉ
Arab) pada awal suku kata menjadi a, i, u
‘ajā’ib ( )ﻋﺠاﺌﺏ ajaib
sa‘ādah ( )ﺴﻌاﺩﺓ saadah
‘ilm
( )ﻋﻠﻡ ilmu qā‘idah (
)ﻗاﻋﺩﺓ kaidah ‘uzr ( )ﻋﺫﺭ
uzur ma‘ūnah ( )ﻤﻌﻭﻨﺓ
maunah
‘ain ( ﻉ
Arab) di akhir suku kata menjadi k ’i‘
tiqād ( )ﺇﻋﺘﻗاﺩ iktikad mu‘jizat (
)ﻤﻌﺠﺯﺓ mukjizat ni‘mat ( )ﻨﻌﻤﺔ
nikmat rukū‘ ( )ﺭﻜﻭﻉ
rukuk simā‘ ( )ﺴﻤاﻉ
simak ta‘rīf ( )ﺘﻌﺭﻴﻑ
takrif aa (Belanda) menjadi a paal
pal baal bal
octaaf oktaf
ae tetap ae
jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob aerodinamics
aerodinamika
ae, jika
bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin haematite
hematit
ai tetap
ai trailer trailer
caisson kaison
-36-
au tetap au
audiogram audiogram autotroph
autotrof tautomer tautomer
hydraulic hidraulik caustic
kaustik
c di depan a,
u, o, dan konsonan menjadi k
calomel kalomel construction
konstruksi cubic kubik
coup kup classification klasifikasi
crystal kristal
c di depan e,
i, oe, dan y menjadi s central sentral
cent sen circulation
sirkulasi coelom selom
cybernetics sibernetika cylinder
silinder
cc di depan
o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation akomodasi acculturation akulturasi
acclimatization aklimatisasi accumulation
akumulasi acclamation aklamasi
cc di depan e
dan i menjadi ks accent aksen
accessory aksesori vaccine
vaksin
cch dan ch di
depan a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin sakarin charisma
karisma cholera kolera
chromosome kromosom technique
teknik
ch yang
lafalnya s atau sy menjadi s
echelon eselon machine
mesin
ch yang
lafalnya c menjadi c charter carter
chip cip ck menjadi k check
cek ticket tiket
ç (Sanskerta)
menjadi s çabda sabda
çastra sastra
ḍ
ad ( ﺽ Arab)
menjadi d ’af
ḍ al ( ﺃﻓﻀ
)ﻞ afdal
ḍ a’īf ( ﻀﻌﻴﻑ )
daif far
ḍ ( )ﻓﺭﺽ
fardu hā
ḍ ir ( )حاﻀﺭ
hadir
e tetap
e effect efek
description deskripsi synthesis
sintesis
-37-
ea tetap ea
idealist idealis habeas
habeas
ee (Belanda)
menjadi e stratosfeer stratosfer
systeem sistem
ei tetap
ei eicosane eikosan
eidetic eidetik einsteinium
einsteinium
eo tetap
eo stereo stereo
geometry geometri zeolite
zeolit eu tetap eu neutron neutron
eugenol eugenol europium
europium
fa ( ﻑ Arab) menjadi f ʼaf
ḍ al ( )ﺃﻓﻀﻝ
afdal ‘ārif ( )ﻋاﺭﻑ
arif faqīr ( )ﻓﻗﻴﺭ
fakir fa ṣ īh ( )ﻓﺼﻴﺡ fasih
mafhūm ( )ﻤﻓﻬﻭﻡ mafhum f tetap f
fanatic fanatik factor
faktor fossil fosil
gh menjadi
g ghanta genta
sorghum sorgum
gain ( ﻍ
Arab) menjadi g gā’ib
( ﻏاﺌﺏ
) gaib
magfirah ( ﻤﻐﻓﺭﺓ
) magfirah
magrib
( ﻤﻐﺭﺏ
) magrib
gue menjadi ge igue
ige gigue gige
ḥa ( ﺡ Arab)
menjadi h ḥākim ( )حاﻜﻡ
hakim iṣlāḥ ( )ﺇﺼﻼﺡ
islah siḥr ( )ﺴحﺭ
sihir
hamzah ( ﺀ
Arab) yang diikuti oleh vokal menjadi a,
i, u ’amr ( )ﺃﻤﺭ
amar mas’alah ( )ﻤﺴﺄﻟﺔ masalah ’i ṣ lāḥ
( )ﺇﺼﻼﺡ islah
qā’idah (
)ﻗاﻋﺩﺓ kaidah ’ufuq ( ﺃ )ﻓﻕ
ufuk
hamzah ( ﺀ
Arab) di akhir suku kata, kecuali di akhir kata, menjadi k ta’wīl
( )ﺘﺄﻭﻴﻝ takwil ma’mūm (
)ﻤﺄﻤﻭﻡ makmum mu’mīn ( )ﻤﺆﻤﻦ mukmin
-38-
hamzah ( ﺀ Arab) di akhir kata
dihilangkan imlā’ ( )ﺇﻤﻼﺀ
imla istinjā’ ( )ﺇﺴﺘﻨﺠاﺀ
istinja/tinja munsyi’ ( )ﻤﻨﺸﻰﺀ munsyi
wu
ḍ ū’ ( )ﻭﻀﻭﺀ
wudu
i (Arab,
bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi i
ʼi‘tiqād ( )ﺇﻋﺘﻗاﺩ iktikad muslim
( )ﻣﺳﻟﻡ muslim naṣīḥah (
)ﻨﺼﻴحﺔ nasihat ṣaḥīḥ ( )ﺼحﻴﺢ
sahih
i pada awal
suku kata di depan vokal tetap i
iambus iambus ion
ion iota iota
ie (Belanda)
menjadi i jika lafalnya i politiek politik
riem rim ie tetap ie jika lafalnya bukan i variety
varietas patient pasien
hierarchy hierarki
jim ( ﺝ Arab)
menjadi j jāriyah ( )ﺠاﺭﻴﺔ
jariah janāzah ( )ﺠﻨاﺯﺓ jenazah ʼijāzah ( )ﺇﺠاﺯﺓ
ijazah
kha ( ﺥ Arab)
menjadi kh khuṣūṣ ( )ﺨﺼﻭﺹ khusus makhlūq (
)ﻤﺨﻠﻭﻕ makhluk tārīkh ( )ﺘاﺭﻴﺦ
tarikh
ng tetap
ng contingent kontingen
congres kongres linguistics
linguistik
oe (oi
Yunani) menjadi e foetus fetus
oestrogen estrogen oenology
enologi oo (Belanda) menjadi
o komfoor kompor
provoost provos
oo (Inggris)
menjadi u cartoon kartun
proof pruf pool
pul
oo (vokal
ganda) tetap oo zoology zoologi
coordination koordinasi
ou menjadi u
jika lafalnya u gouverneur gubernur
coupon kupon contour
kontur
ph menjadi
f phase fase
physiology fisiologi spectograph
spektograf
-39-
ps tetap ps
pseudo pseudo psychiatry
psikiatri psychic psikis
psychosomatic psikosomatik
pt tetap
pt pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi ptyalin
ptialin
q menjadi
k aquarium akuarium
frequency frekuensi equator
ekuator
qaf ( ﻕ Arab)
menjadi k ‘aqīqah ( )ﻋﻗﻴﻗﺔ akikah
maqām ( )ﻤﻗاﻡ makam muṭlaq
( )ﻤﻁﻠﻕ mutlak
rh menjadi
r rhapsody rapsodi
rhombus rombus rhythm
ritme rhetoric retorika
sin ( ﺱ Arab)
menjadi s asās ( )ﺃﺴاﺱ
asas salām ( )ﺴﻼﻢ
salam silsilah ( )ﺳﻠﺴﺔ
silsilah śa ( ﺙ Arab) menjadi s aśiri
( ﺃ )ﺜﻴﺭﻯ asiri ḥadiś ( حﺩﻴﺙ )
hadis śulāśā ( ﻞ ثاء ّ
)ا ﻟﺜ selasa wāriś ( )ﻭاﺭﺙ
waris
ṣad ( ﺹ Arab)
menjadi s ‘aṣr ( ﻋﺼ ﺭ
) asar muṣībah ( )ﻤﺼﻴﺒﺔ musibah khuṣūṣ
)ﺨﺼﻭﺹ( khusus ṣaḥḥ (
ﺼ )ﺢ sah
syin ( ﺵ
Arab) menjadi sy ‘āsyiq ( )ﻋاﺸﻕ
asyik ‘arsy ( )ﻋﺭﺵ
arasy syarṭ ( )ﺸﺭﻁ
syarat
sc di depan
a, o, u, dan konsonan menjadi sk scandium skandium
scotopia skotopia scutella
skutela sclerosis sklerosis
sc di depan
e, i, dan y menjadi s scenography senografi
scintillation sintilasi scyphistoma
sifistoma
sch di depan
vokal menjadi sk schema skema
schizophrenia skizofrenia scholastic
skolastik
t di depan i
menjadi s jika lafalnya s actie aksi
ratio rasio patient
pasien
-40-
ṭa ( ﻁ Arab) menjadi t khaṭṭ
(ّ )ﺧﻂ khat muṭlaq
( )ﻤﻁﻠﻕ mutlak ṭabīb
( )ﻁﺒﻴب tabib
th menjadi
t theocracy teokrasi
orthography ortografi thrombosis
trombosis methode (Belanda) metode
u tetap
u unit
unit nucleolus nukleolus structure struktur
institute institut
u (Arab,
bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi u
rukū’ ( )ﺮﻛﻭﻉ rukuk
syubḥāt ( )ﺸﺒﻬا ﺖ syubhat sujūd ( )ﺴﺟﻭﺩ sujud ’ufuq
( ﺃ )ﻓﻕ ufuk
ua tetap
ua aquarium akuarium
dualisme dualisme squadron
skuadron
ue tetap
ue consequent konsekuen
duet duet suede
sued
ui tetap
ui conduite konduite
equinox ekuinoks equivalent
ekuivalen
uo tetap
uo fluorescein fluoresein
quorum kuorum quota
kuota
uu menjadi
u lectuur lektur
prematuur prematur vacuum
vakum
v tetap
v evacuation evakuasi
television televisi vitamin
vitamin wau ( ﻭ Arab) tetap
w jadwal
( )ﺠﺩﻭﻝ jadwal taqwā ( )ﺘﻗﻭﻯ
takwa wujūd ( )ﻭﺠﻭﺩ
wujud
wau ( ﻭ Arab,
baik satu maupun dua konsonan) yang didahului u dihilangkan nahwu
( )ﻧحﻮ nahu nubuwwah ( ﻨﺒﻭّ
)ﹼﺓ nubuat quwwah ( ﻗﻭّ
)ﹼﺓ kuat
aw (diftong
Arab) menjadi au, termasuk yang diikuti
konsonan awrāt ( ﻋﻮ )ﺭﺓ
aurat hawl ( )هﻭﻝ
haul mawlid ( )ﻤﻭﻠﺩ maulid
walaw ( ﻭ )ﻠﻭ walau
-41-
x pada awal kata tetap x xanthate
xantat xenon xenon
xylophone xilofon
x pada posisi
lain menjadi ks executive eksekutif
express ekspres latex
lateks taxi taksi
xc di depan e dan i menjadi ks
exception eksepsi excess
ekses excision eksisi
excitation eksitasi
xc di depan
a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation ekskavasi excommunication ekskomunikasi
excursive ekskursif exclusive
eksklusif
y tetap y
jika lafalnya y yakitori yakitori yangonin yangonin
yen yen yuan
yuan
y menjadi i
jika lafalnya ai atau i dynamo dinamo
propyl propil psychology
psikologi yttrium itrium
ya ( ﻱ Arab)
di awal suku kata menjadi y ‘ināyah
( )ﻋﻨاﻴﺔ inayah yaqīn
( )ﻴﻗﻴﻥ yakin ya‘nī
( )ﻴﻌﻨﻲ yakni
ya ( ﻱ Arab)
di depan i dihilangkan khiyānah ( )ﺨﻴاﻨﺔ khianat qiyās
( )ﻗﻴاﺱ kias ziyārah (
)ﺯﻴاﺭﺓ ziarah
z tetap
z zenith zenit
zirconium zirkonium zodiac
zodiak zygote zigot
zai ( ﺯ Arab)
tetap z ijāzah ( )ﺇﺠاﺯﺓ
ijazah khazānah ( )ﺨﺯاﻨﺔ khazanah ziyārah (
)ﺯﻴاﺭﺓ ziarah zaman ( )ﺯﻤﻥ
zaman
żal ( ﺫ Arab)
menjadi z ażān ( )ﺃﺫاﻥ
azan iżn ( )ﺇﺫﻥ
izin ustāż ( )ﺃﺴﺘاﺬ
ustaz żāt ( )ﺫاﺕ
zat
ẓa ( ﻅ Arab)
menjadi z ḥāfiẓ ( )حاﻔﻅ
hafiz ta‘ẓīm ( )ﺘﻌﻅﻴﻡ
takzim ẓālim ( ) ﻅاﻠﻡ
zalim
-42-
Konsonan ganda diserap menjadi konsonan
tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan. Misalnya: accu aki
‗allāmah alamah commission
komisi effect efek ferrum ferum gabbro gabro kaffah kafah salfeggio salfegio tafakkur tafakur tammat tamat
ʼummat umat
Perhatikan
penyerapan berikut! ʼAllah Allah mass massa massal massal
Catatan:
Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak
perlu lagi diubah. Misalnya: bengkel nalar Rabu dongkrak napas Selasa faedah
paham Senin kabar perlu sirsak khotbah pikir soal koperasi populer telepon
lahir
Selain kaidah
penulisan unsur serapan di atas, berikut ini disertakan daftar istilah asing
yang mengandung akhiran serta penyesuaiannya secara utuh dalam bahasa
Indonesia.
-aat
(Belanda) menjadi –at advocaat advokat
-age menjadi
-ase percentage persentase etalage etalase
-ah (Arab)
menjadi –ah atau –at ‗aqīdah ( )ﻋﻗﻴﺩﺓ
akidah ʼijāzah ( )ﺇﺠاﺯﺓ ijazah ‘umrah ( )ﻋﻤﺭﺓ umrah
ʼākhirah ( )ﺁﺨﺭﺓ
akhirat ʼāyah ( )ﺃﻴﺔ ayat ma‘siyyah ( ﻤﻌ )ﺼﻴّﺔ maksiat
ʼamānah ( )ﺃﻤاﻨﺔ
amanah, amanat hikmah ( )حﻜﻤﺔ hikmah, hikmat ‘ibādah ( )ﻋباﺪﺓ ibadah, ibadat
sunnah ( )ﺳﻧﺔ sunah, sunat sūrah ( )ﺴﻭﺭﺓ surah, surat
-al
(Inggris), -eel dan -aal (Belanda) menjadi –al structural, structureel
struktural formal, formeel formal normal, normaal normal
-ant menjadi
-an accountant akuntan consultant konsultan informant informan
-43-
-archy (Inggris), -archie (Belanda) menjadi
arki anarchy, anarchie anarki monarchy, monarchie monarki oligarchy, oligarchie
oligarki
-ary
(Inggris), -air (Belanda) menjadi -er complementary, complementair komplementer
primary, primair primer secondary, secundair sekunder
-(a)tion
(Inggris), -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si action, actie aksi publication,
publicatie publikasi
-eel
(Belanda) menjadi -el materieel materiel moreel morel
-ein tetap
-ein casein kasein protein protein
-i, -iyyah
(akhiran Arab) menjadi –i atau -iah ‘ālamī ( )ﻋاﻠﻤﻲ alami ʼinsānī ( )ﺇﻨﺴاﻨﻲ
insani ‘āliyyah ( ﻋاﻠﻴّ )ﺔ aliah ‘amaliyyah ( ﻋﻤﻠﻴّ )ﺔ amaliah
-ic, -ics,
dan -ique (Inggris), -iek dan -ica (Belanda) menjadi -ik, ika dialectics,
dialektica dialektika logic, logica logika physics, physica fisika linguistics, linguistiek linguistik
phonetics, phonetiek fonetik technique, techniek teknik
-ic
(Inggris), -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik electronic, elektronisch
elektronik mechanic, mechanisch mekanik ballistic, ballistisch balistik
-ical
(Inggris), -isch (Belanda) menjadi -is economical, economisch ekonomis
practical, practisch praktis logical, logisch logis
-ile
(Inggris), -iel (Belanda) menjadi -il mobile, mobiel mobil percentile, percentiel
persentil projectile, projectiel proyektil
-ism
(Inggris), -isme (Belanda) menjadi -isme capitalism, capitalisme kapitalisme
communism, communisme komunisme
modernism, modernisme modernisme
-ist menjadi
-is egoist egois hedonist hedonis publicist
publisis
-ive
(Inggris), -ief (Belanda) menjadi -if communicative, communicatief komunikatif demonstrative,
demonstratief demonstratif descriptive,
descriptief deskriptif
-44-
-logue (Inggris), -loog (Belanda) menjadi
-log analogue, analoog analog epilogue, epiloog epilog prologue, proloog prolog
-logy
(Inggris), -logie (Belanda) menjadi -logi technology, technologie teknologi
physiology, physiologie fisiologi analogy, analogie analogi
-oid
(Inggris), oide (Belanda) menjadi -oid anthropoid, anthropoide antropoid hominoid, hominoide hominoid -oir(e) menjadi -oar trotoir trotoar
repertoire repertoar
-or
(Inggris), -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir director, directeur direktur
inspector, inspecteur inspektur amateur amatir formateur formatur
-or tetap -or
dictator diktator corrector korektor distributor distributor
-ty
(Inggris), -teit (Belanda) menjadi -tas university, universiteit universitas
quality, kwaliteit kualitas quantity, kwantiteit kuantitas
-ure
(Inggris), -uur (Belanda) menjadi -ur culture, cultuur kultur premature,
prematuur prematur structure, struktuur
struktur
-wi, -wiyyah
(Arab) menjadi -wi, -wiah dunyāwī ( )ﺩﻧﻴاﻭﻯ duniawi kimiyāwī ( )ﮐﻴﻤﻴاﻮﻰ
kimiawi lugawiyyah (ﺔّ )ﻟﻐﻮى lugawiah
No comments:
Post a Comment