Sunday, March 15, 2020

Ringkasan Materi UN Menyunting sesuai PUEBI


RINGKASAN
PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA


I. PEMAKAIAN HURUF 
A.    Huruf Abjad
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf, yaitu Aa, Bb, Cc, Dd, Ee, Ff, Gg, Hh, Ii, Jj, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Pp, Qq, Rr, Ss, Tt, Uu, Vv, Ww, Xx, Yy, Zz.

B.    Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.

C.    Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

D.    Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.

E.    Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

F.    Huruf Kapital
Huruf kapital dipakai sebagai berikut.
1.     Huruf pertama awal kalimat. 
Misalnya:          Dia membaca buku. 
                        Siapa namamu?
2.     Huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Misalnya:          Amir Hamzah
Wage Rudolf Supratman
Catatan :
a.     Tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:    ikan mujair
mesin diesel
5 ampere  
b.    Tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna “anak dari‘, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya:    Abdul Rahman bin Zaini  
Siti Fatimah binti Salim
3.     Awal kalimat dalam petikan langsung. 
Misalnya:          Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"  
4.     Huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:          Islam
Alquran 
Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya. 
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.
5.     a.  Huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang
     diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
     Misalnya:     Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Nabi Ibrahim
Doktor Mohammad Hatta 
Agung Permana, Sarjana Hukum
b.  Huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama
     jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
     Misalnya:     Selamat datang, Yang Mulia.  
Semoga berbahagia, Sultan.   
Selamat pagi, Dokter.  
Silakan duduk, Prof.   
Mohon izin, Jenderal. 
6.     Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:          Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gubernur Papua Barat 
7.     Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. 
Misalnya:          bangsa Indonesia 
suku Dani
bahasa Bali
Catatan: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital. 
Misalnya:          pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8.     a.  Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.
Misalnya:          tahun Hijriah
tarikh Masehi  
bulan Agustus
hari Jumat
hari Natal
b.  Huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:          Konferensi Asia Afrika 
Perang Dunia II  
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia    
Catatan: Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital. 
Misalnya:          Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9.     Huruf pertama nama geografi.  
Misalnya:          Jakarta
Asia Tenggara
Pulau Miangas
Bukit Barisan
Dataran Tinggi Dieng
Danau Toba
Selat Lombok
Sungai Musi
Gang Kelinci 
Catatan:
(1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.
      Misalnya:    berlayar ke teluk
mandi di sungai 
(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf
      kapital.
     Misalnya:     jeruk bali (Citrus maxima) 
kacang bogor (Voandzeia subterranea) 
petai cina (Leucaena glauca)  
gula jawa
Contoh berikut bukan nama jenis.
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, dan batik Solo.
Selain film Hongkong, juga akan diputar film India.
Murid SD itu menampilkan tarian Sumatra Selatan dan tarian Kalimantan Timur.
10.  Huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya:          Republik Indonesia
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia 
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 
11.  Huruf huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. 
Misalnya:          Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
12.  Huruf huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya:          S.H.      sarjana hukum
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat  
M.A.     master of arts 
M.Si.    magister sains   
Hj.        hajah 
Sdr.      saudara
13.  Huruf  pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:          "Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan.
Dendi bertanya, "Itu apa, Bu?" 
"Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?
Catatan:
(1) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan.
     Misalnya:     Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.  
(2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
     Misalnya:     Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?


G.    Huruf Miring
1.     Dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. 
Misalnya:          Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis. 
Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.  
2.     Untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat. 
Misalnya:          Huruf terakhir kata abad adalah d. 
Dia tidak diantar, tetapi mengantar. 
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan! 
3.     Untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. 
Misalnya:          Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing.
Nama ilmiah buah manggis ialah garcinia mangostana. 
Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.
Catatan:
a.     Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
b.    Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
c.     Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.


H.    Huruf  Tebal
1.     Untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya:          Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam PUEBI.
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan‘.
2.     Untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
Misalnya:
1.1  Latar Belakang dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh satu bahasa standar dan ratusan bahasa daerah—ditambah beberapa bahasa asing, terutama bahasa Inggris— membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa.

1.1.1  Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap bahasa Indonesia.

1.1.2  Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyarakat Kalimantan terhadap ketiga bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang diambil.

1.2  Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa masyarakat Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota besar terhadap bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.


II. PENULISAN KATA
A.    Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. 
Misalnya:    Kantor pajak penuh sesak. 
Saya pergi ke sekolah. 
Buku itu sangat tebal.    

B.    Kata Berimbuhan
1.     Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:          berjalan 
berkelanjutan 
mempermudah 
gemetar  
lukisan 
Catatan: 
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. 
Misalnya:          sukuisme  
seniman  
kamerawan  
gerejawi
2.     Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:          adibusana
antarkota
antibiotik
dwiwarna
ekstrakurikuler
pascasarjana
saptakrida
tritunggal
Catatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:          non-Indonesia 
pan-Afrikanisme 
pro-Barat 
anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:          Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. 
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:          Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.


C.    Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.  
Misalnya:                anak-anak
lauk-pauk
berjalan-jalan
terus-menerus
porak-poranda
Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:                surat kabar        =  surat-surat kabar
kapal barang     =  kapal-kapal barang 
rak buku           =  rak-rak buku
kereta api cepat            =  kereta-kereta api cepat

D.    Gabungan Kata
1.     Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:          duta besar
kambing hitam 
simpang empat
cendera mata   
2.     Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:          anak-istri pejabat           anak istri-pejabat  
ibu-bapak kami                         ibu bapak-kami 
buku-sejarah baru          buku sejarah-baru   
3.     Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan atau akhiran. 
Misalnya:          bertepuk tangan
sebar luaskan
4.     Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.  
Misalnya:          dilipatgandakan  
menggarisbawahi  
pertanggungjawaban
5.     Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:          bagaimana 
barangkali 
dukacita
kacamata 
olahraga
saputangan 
sukarela   

E.    Pemenggalan Kata
1.     Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a.     Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:    bu-ah
ma-in    
b.    Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:    pan-dai 
sau-da-ra       
c.     Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. 
Misalnya:    ba-pak  
ke-nyang    
d.    Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. 
Misalnya:    Ap-ril  
cap-lok 
makh-luk      
e.     Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. 
Misalnya:    ul-tra
in-stru-men     
Catatan: Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:    bang-krut 
ikh-las 
sang-gup 
2.     Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya.
Misalnya:          ber-jalan
mem-pertanggungjawabkan
memper-tanggungjawabkan  
Catatan:
(1)   Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:    me-nu-tup
me-ma-kai
pe-nga-rang
pe-nye-but  
(2)   Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:    ge-lem-bung
ge-mu-ruh
(3)   Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan.
Misalnya:    Beberapa pendapat mengenai masalah itu  telah disampaikan …. 
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau  mengambil makanan itu.  
3.     Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. 
Misalnya:          biografi            bio-grafi 
fotokopi                      foto-kopi 
pascasarjana     pasca-sarjana  pas-ca-sar-ja-na
4.     Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:          Lagu ―Indonesia Raya digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
Buku ---Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir Alisjahbana.
5.     Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:          Ia bekerja di DLLAJR. 
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan: Penulisan berikut dihindari.
Ia bekerja di DLL- AJR. 
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R. Ng. Rangga - Warsita.


F.    Kata Depan 
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. 
Misalnya:                Di mana dia sekarang? 
Kain itu disimpan di dalam lemari. 
Mari kita berangkat ke kantor. 
Ia berasal dari Pulau Penyengat.  


G.    Partikel
1.     Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:          Bacalah buku itu baik-baik! 
Apakah yang tersirat dalam surat itu? 
Siapakah gerangan dia?    
2.     Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:          Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana. 
Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia. 
Catatan:Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai. 
Misalnya:          Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. 
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.   
3.     Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:  Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu. 
Harga kain itu Rp50.000,00 per meter. 
Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.


H.    Singkatan dan Akronim
1.     Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:          A.H. Nasution                Abdul Haris Nasution
H. Hamid                      Haji Hamid
W.R. Supratman            Wage Rudolf Supratman 
M.Si.                            magister sains
2.     a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga  pemerintah dan
    ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis
    dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
    Misalnya:      NKRI                             Negara Kesatuan Republik Indonesia 
UI                                 Universitas Indonesia 
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf
    kapital tanpa tanda titik.
    Misalnya:      PT                                perseroan terbatas 
MAN                             madrasah aliah negeri  
3.     Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:          hlm.                              halaman
dll.                                dan lain-lain
ttd.                               tertanda
dkk.                              dan kawan-kawan
4.     Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masingmasing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:          a.n.                               atas nama  
d.a.                              dengan alamat  
5.     Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. 
Misalnya:          Cu                                kuprum  
cm                                sentimeter  
6.     Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. 
Misalnya:          BIG                               Badan Informasi Geospasial
BIN                               Badan Intelijen Negara
LIPI                               Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
7.     Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf  awal  kapital.
Misalnya:          Bulog                           Badan Urusan Logistik 
Bappenas                     Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 
Suramadu                     Surabaya Madura
8.     Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:          iptek                             ilmu pengetahuan dan teknologi
pemilu                          pemilihan umum
tilang                            bukti pelanggaran


I.      Angka dan Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500),  M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

1.     Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian. 
Misalnya:          Mereka menonton drama itu sampai tiga kali. 
Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku. 
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang abstain. 
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus,
dan 250 sedan.
2.     a.  Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:  Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.  
Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan: Penulisan berikut dihindari.
50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
b. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah.
Misalnya: Panitia mengundang 250 orang peserta.
Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno. 
Catatan: Penulisan berikut dihindari.
250 orang peserta diundang panitia.
25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.
3.     Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya. Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah. Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4.     Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang. Misalnya:  0,5 sentimeter       5 kilogram      4 hektare    10 liter    2 tahun 6 bulan 5 hari 1 jam 20 menit  Rp5.000,00    US$3,50      £5,10       ¥100
5.     Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar. 
Misalnya:  Jalan Tanah Abang I No. 15 atau  Jalan Tanah Abang I/15  Jalan Wijaya No. 14  Hotel Mahameru, Kamar 169  Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201
6.     Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya:  Bab X, Pasal 5, halaman 252  Surah Yasin: 9  Markus 16: 15—16 
7.     Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan Utuh Misalnya:  dua belas   (12) tiga puluh   (30) lima ribu   (5.000) b. Bilangan Pecahan  Misalnya:  setengah atau seperdua (1/2)  seperenam belas  (1/16)  tiga perempat   (3/4)  dua persepuluh  (2/10)  tiga dua-pertiga  (3 2/3)  satu persen   (1%)  satu permil   (1o/oo)
8.     Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya: abad XX  abad ke-20  abad kedua puluh  Perang Dunia II Perang Dunia Ke-2 Perang Dunia Kedua 
9.     Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.  Misalnya: lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan) tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan) uang 5.000-an (uang lima ribuan)
10.  Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.  Misalnya:  Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).  Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
11.  Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut. Misalnya:   
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen). 
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
12.  Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya: Kelapadua
Kotonanampek
Rajaampat
Simpanglima
Tigaraksa  


J.     Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku, mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. 
Misalnya:    Rumah itu telah kujual.
Majalah ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.


K.    Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:    Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli. 
Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.
Catatan:
Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika sang merupakan unsur nama Tuhan.
Misalnya:    Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.


III. PEMAKAIAN TANDA BACA
A.    Tanda Titik (.)
1.     Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan. Misalnya:  Mereka duduk di sana.  Dia akan datang pada pertemuan itu.
2.     Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: a. I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia  A. Bahasa Indonesia 1. Kedudukan  2. Fungsi B. Bahasa Daerah 1. Kedudukan  2. Fungsi C. Bahasa Asing 1. Kedudukan  2. Fungsi b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik 2. Patokan Khusus    ... Catatan: (1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu perincian. Misalnya: Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai  1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,   a) lambang kebanggaan nasional,  b) identitas nasional, dan  c) alat pemersatu bangsa; 2) bahasa negara ….  (2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti pada Misalnya 2b). (3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar. Misalnya: Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia Bagan 2 Struktur Organisasi  Bagan 2.1 Bagian Umum Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia  Gambar 1 Gedung Cakrawala Gambar 1.1 Ruang Rapat  
3.     Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu. Misalnya: pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik  atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)  01.35.20 jam  (1 jam, 35 menit, 20 detik)  00.20.30 jam  (20 menit, 30 detik)  00.00.30 jam  (30 detik)
4.     Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit. Misalnya:  Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.  Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.   5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Misalnya:  Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.  Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.  Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.  Catatan: (1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:  Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.  Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.  Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678. (2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel. Misalnya:  Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)  Gambar 3 Alat Ucap Manusia  Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan (3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal surat. Misalnya: Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki Jalan Cikini Raya No. 73 Menteng Jakarta 10330   Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa  Jalan Daksinapati Barat IV  Rawamangun  Jakarta Timur Indrawati, M.Hum. Jalan Cempaka II No. 9 Jakarta Timur 21 April 2013  Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)


B.    Tanda Koma (,)
1.     Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.   Misalnya: Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi. Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan. Satu, dua, ... tiga!
2.     Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara). Misalnya:  Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.  Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.  Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.  
3.     Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau diundang, saya akan datang. Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman. Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku. Catatan: Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat. Misalnya: Saya akan datang kalau diundang. Dia mempunyai banyak teman karena baik hati. Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
4.     Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.  Misalnya:  Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri. Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
5.     Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak. Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! Hati-hati, ya, jalannya licin! Nak, kapan selesai kuliahmu? Siapa namamu, Dik? Dia baik sekali, Bu.
6.     Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.  Misalnya:    Kata nenek saya, ―Kita harus berbagi dalam hidup ini.‖    ―Kita harus berbagi dalam hidup ini,‖ kata nenek saya, ―karena manusia adalah makhluk sosial.‖      Catatan:  Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.  Misalnya: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah. "Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya. ―Wow, indahnya pantai ini!‖ seru wisatawan itu.
7.     Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130 Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10 Mei 1960 Tokyo, Jepang
8.     Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung. Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa. Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.  
9.     Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya:    Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.    Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.    W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10.  Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.   Misalnya: B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. Bambang Irawan, M.Hum. Siti Aminah, S.H., M.H. Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
11.  Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 m 27,3 kg  Rp500,50 Rp750,00
12.  Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.  Misalnya: Di daerah kami, Misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah. Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara. Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok. Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari. Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma! Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.
13.  Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian. Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih. Bandingkan dengan: Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.  Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.


C.    Tanda Titik Koma (;)
1.     Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk. Misalnya:  Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku. Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
2.     Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.  Misalnya:  Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah  (1) berkewarganegaraan Indonesia;  (2) berijazah sarjana S-1; (3) berbadan sehat; dan (4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3.     Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.  Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk. Agenda rapat ini meliputi a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;  b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan   c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.


D.    Tanda Titik Dua (:)
1.     Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.  Misalnya: Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
2.     Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi a. persiapan, b. pengumpulan data, c. pengolahan data, dan d. pelaporan.
3.     Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya: a. Ketua   : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi c. Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi Pemandu : Abdul Gani, M.Hum. Pencatat  : Sri Astuti Amelia, S.Pd.
4.     Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu : "Bawa koper ini, Nak!" Amir : "Baik, Bu." Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
5.     Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Horison, XLIII, No. 8/2008: 8 Surah Albaqarah: 2—5  Matius 2: 1—3   Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.   


E.    Tanda Hubung (-)
1.     Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya: Di samping cara lama, diterapkan juga ca- ra baru …. Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum- put laut. Kini ada cara yang baru untuk meng- ukur panas. Parut jenis ini memudahkan kita me- ngukur kelapa.
2.     Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak  berulang-ulang  kemerah-merahan mengorek-ngorek
3.     Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya: 11-11-2013 p-a-n-i-t-i-a
4.     Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya: ber-evolusi  meng-ukur dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000) 23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima) mesin hitung-tangan  Bandingkan dengan  be-revolusi  me-ngukur dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000) 20 3/25 (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima) mesin-hitung tangan 
5.     Tanda hubung dipakai untuk merangkai a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat); b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);  c. angka dengan –an (tahun 1950-an);  d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, berKTP, di-SK-kan); e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu); f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku). Catatan: Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf. Misalnya: BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia) P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)
6.     Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya: di-sowan-i (bahasa Jawa, ‗didatangi‘) ber-pariban (bahasa Batak, ‗bersaudara sepupu‘) di-back up me-recall pen-tackle-an
7.     Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.
Misalnya: Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta. Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.  


F.    Tanda Pisah (—)
1.     Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
2.     Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.
Misalnya: Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara internasional. Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.
3.     Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya: Tahun 2010—2013 Tanggal 5—10 April 2013 Jakarta—Bandung


G.    Tanda Tanya (?)
1.     Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya: Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati? Siapa pencipta lagu ―Indonesia Raya‖?
2.     Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?). Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
 

H.    Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah indahnya taman laut di Bunaken! Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia! Bayarlah pajak tepat pada waktunya! Masa! Dia bersikap seperti itu? Merdeka!


I.      Tanda Elipsis (...)
1.     Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah …. ..., lain lubuk lain ikannya.
Catatan: (1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. (2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik  empat buah).
2.     Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya: ―Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?‖ ―Jadi, simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.‖  Catatan: (1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. (2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik  empat buah).


J.     Tanda Petik ("…")
1.     Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya: "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya. "Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam rapat." Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan."
2.     Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu. Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"! Film ―Ainun dan Habibie‖ merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel. Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani. Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar. Perhatikan "Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
3.     Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi. Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!


K.    Tanda Petik Tunggal ('…')
1.     Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Misalnya: Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?" "Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan. ―Kita bangga karena lagu ‗Indonesia Raya‘ berkumandang di arena olimpiade itu,‖ kata Ketua KONI.
2.     Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Misalnya:  tergugat 'yang digugat'   retina  'dinding mata sebelah dalam' noken 'tas khas Papua' tadulako   'panglima' marsiadap ari 'saling bantu' tuah sakato 'sepakat demi manfaat bersama' policy 'kebijakan' wisdom 'kebijaksanaan' money politics 'politik uang'


L.     Tanda Kurung ((…))
1.     Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM). Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).  Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.  
2.     Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. 
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3.     Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya: Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta. Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
4.     Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian.
Misalnya: Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja. Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan  (1) akta kelahiran,  (2) ijazah terakhir, dan  (3) surat keterangan kesehatan.


M.   Tanda Kurung Siku ([…])
1.     Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia. Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.
2.     Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung. Misalnya: Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35─38]) perlu dibentangkan di sini.


N.    Tanda Garis Miring (/)
1.     Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:          Nomor: 7/PK/II/2013 Jalan Kramat III/10 tahun ajaran 2012/2013
2.     Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:          mahasiswa/mahasiswi 'mahasiswa dan mahasiswi'
dikirimkan lewat darat/laut  'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
buku dan/atau majalah 'buku dan majalah atau buku atau majalah'
harganya Rp1.500,00/lembar  'harganya Rp1.500,00 setiap lembar'
3.     Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Misalnya: Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.   Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa. Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.


O.    Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:    Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)



IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN


Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing, seperti bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force majeur, de facto, de jure, dan l’exploitation de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.  Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.

a (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o)  mażhab (  (ﻣﺬ هب mazhab  qadr  (  )ﻗﺩﺭ kadar   ṣaḥābat ( )صحا بﺔ  sahabat    haqīqat (  )حﻗﻳﻗﺔ hakikat       ‘umrah  (  )ﻋﻤﺭﺓ umrah     gā’ib   (  )ﻏاﺌﺏ gaib  iqāmah (  )ﺇﻗاﻤﺔ ikamah  khātib   (  )ﺨاﻁﺏ khatib  ri
ḍ ā’  (  )ﺭﻀاﺀ rida
 ẓ ālim  (  )ﻅاﻠﻡ zalim

‘ain ( ﻉ Arab) pada awal suku kata menjadi a, i, u   ‘ajā’ib  (  )ﻋﺠاﺌﺏ ajaib  sa‘ādah (  )ﺴﻌاﺩﺓ saadah
  ‘ilm  (  )ﻋﻠﻡ ilmu  qā‘idah (  )ﻗاﻋﺩﺓ kaidah  ‘uzr  (  )ﻋﺫﺭ uzur  ma‘ūnah  (  )ﻤﻌﻭﻨﺓ maunah 

‘ain ( ﻉ Arab) di akhir suku kata menjadi k  ’i‘ tiqād (  )ﺇﻋﺘﻗاﺩ iktikad  mu‘jizat (  )ﻤﻌﺠﺯﺓ mukjizat  ni‘mat  (  )ﻨﻌﻤﺔ nikmat  rukū‘  (  )ﺭﻜﻭﻉ rukuk  simā‘  (  )ﺴﻤاﻉ simak  ta‘rīf  (  )ﺘﻌﺭﻴﻑ takrif   aa (Belanda) menjadi a   paal    pal  baal    bal  octaaf    oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e  aerobe    aerob  aerodinamics   aerodinamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e  haemoglobin   hemoglobin  haematite   hematit

ai tetap ai  trailer    trailer  caisson   kaison






-36-
  au tetap au  audiogram   audiogram  autotroph   autotrof  tautomer   tautomer  hydraulic   hidraulik  caustic    kaustik

c di depan a, u, o, dan konsonan menjadi k  calomel   kalomel  construction   konstruksi  cubic    kubik  coup    kup  classification   klasifikasi  crystal    kristal

c di depan e, i, oe, dan y menjadi s  central    sentral  cent    sen  circulation   sirkulasi  coelom    selom  cybernetics   sibernetika   cylinder   silinder

cc di depan o, u, dan konsonan menjadi k  accomodation   akomodasi  acculturation   akulturasi  acclimatization  aklimatisasi  accumulation   akumulasi  acclamation   aklamasi

cc di depan e dan i menjadi ks  accent    aksen  accessory   aksesori  vaccine   vaksin

cch dan ch di depan a, o, dan konsonan menjadi k  saccharin   sakarin  charisma   karisma  cholera   kolera  chromosome   kromosom  technique   teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s  echelon   eselon  machine   mesin

ch yang lafalnya c menjadi c  charter    carter  chip    cip    ck menjadi k  check    cek  ticket    tiket

ç (Sanskerta) menjadi s  çabda    sabda  çastra    sastra

ad ( ﺽ Arab) menjadi d  ’af
ḍ al  ( ﺃﻓﻀ  )ﻞ afdal

ḍ a’īf  ( ﻀﻌﻴﻑ )  daif  far
  (  )ﻓﺭﺽ fardu 
ḍ ir  (  )حاﻀﺭ hadir

e tetap e   effect    efek  description   deskripsi  synthesis   sintesis

-37-
  ea tetap ea  idealist   idealis  habeas   habeas

ee (Belanda) menjadi e  stratosfeer   stratosfer  systeem   sistem

ei tetap ei  eicosane   eikosan  eidetic    eidetik  einsteinium   einsteinium

eo tetap eo  stereo    stereo  geometry   geometri  zeolite    zeolit eu tetap eu  neutron   neutron  eugenol   eugenol  europium   europium

fa  ( ﻑ Arab) menjadi f ʼaf
ḍ al  (  )ﺃﻓﻀﻝ afdal  ‘ārif  (  )ﻋاﺭﻑ arif  faqīr  (  )ﻓﻗﻴﺭ fakir fa ṣ īh   (  )ﻓﺼﻴﺡ fasih   mafhūm (  )ﻤﻓﻬﻭﻡ mafhum    f tetap f  fanatic    fanatik  factor    faktor  fossil    fosil

gh menjadi g  ghanta    genta  sorghum   sorgum

gain ( ﻍ
 Arab) menjadi g   gā’ib  ( ﻏاﺌﺏ
)  gaib
 magfirah ( ﻤﻐﻓﺭﺓ
)  magfirah
 magrib  ( ﻤﻐﺭﺏ
)  magrib

  gue menjadi ge  igue    ige  gigue    gige

ḥa ( ﺡ Arab) menjadi h  ḥākim  (  )حاﻜﻡ hakim  iṣlāḥ  (  )ﺇﺼﻼﺡ islah  siḥr  (  )ﺴحﺭ sihir

hamzah ( ﺀ Arab) yang diikuti oleh vokal menjadi  a, i, u   ’amr  (  )ﺃﻤﺭ amar  mas’alah (  )ﻤﺴﺄﻟﺔ masalah  ’i ṣ lāḥ  (  )ﺇﺼﻼﺡ islah

 qā’idah (  )ﻗاﻋﺩﺓ kaidah  ’ufuq  ( ﺃ  )ﻓﻕ ufuk

hamzah ( ﺀ Arab) di akhir suku kata, kecuali di akhir kata, menjadi k   ta’wīl  (  )ﺘﺄﻭﻴﻝ takwil  ma’mūm (  )ﻤﺄﻤﻭﻡ makmum  mu’mīn (  )ﻤﺆﻤﻦ mukmin





-38-
  hamzah ( ﺀ Arab) di akhir kata dihilangkan  imlā’  (  )ﺇﻤﻼﺀ imla  istinjā’  (  )ﺇﺴﺘﻨﺠاﺀ istinja/tinja   munsyi’ (  )ﻤﻨﺸﻰﺀ munsyi  wu
ḍ ū’  (  )ﻭﻀﻭﺀ wudu 

i (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi i  ʼi‘tiqād  (  )ﺇﻋﺘﻗاﺩ iktikad  muslim  (  )ﻣﺳﻟﻡ muslim  naṣīḥah (  )ﻨﺼﻴحﺔ nasihat  ṣaḥīḥ  (  )ﺼحﻴﺢ sahih

i pada awal suku kata di depan vokal tetap i  iambus   iambus  ion    ion  iota    iota

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i  politiek    politik  riem    rim   ie tetap ie jika lafalnya bukan i  variety    varietas  patient    pasien  hierarchy   hierarki

jim ( ﺝ Arab) menjadi j  jāriyah  (  )ﺠاﺭﻴﺔ jariah  janāzah (  )ﺠﻨاﺯﺓ jenazah ʼijāzah  (  )ﺇﺠاﺯﺓ ijazah

kha ( ﺥ Arab) menjadi kh  khuṣūṣ  ( )ﺨﺼﻭﺹ khusus  makhlūq (  )ﻤﺨﻠﻭﻕ makhluk  tārīkh  (  )ﺘاﺭﻴﺦ tarikh

ng tetap ng  contingent   kontingen  congres   kongres  linguistics   linguistik

oe (oi Yunani) menjadi e  foetus    fetus   oestrogen   estrogen  oenology   enologi   oo (Belanda) menjadi o  komfoor   kompor  provoost   provos

oo (Inggris) menjadi u  cartoon   kartun  proof    pruf  pool    pul

oo (vokal ganda) tetap oo  zoology   zoologi  coordination   koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya u  gouverneur   gubernur  coupon    kupon  contour   kontur

ph menjadi f  phase    fase  physiology   fisiologi  spectograph   spektograf

-39-
  ps tetap ps  pseudo    pseudo  psychiatry   psikiatri  psychic   psikis  psychosomatic   psikosomatik

pt tetap pt  pterosaur   pterosaur  pteridology   pteridologi  ptyalin    ptialin

q menjadi k  aquarium   akuarium  frequency   frekuensi  equator   ekuator

qaf ( ﻕ Arab) menjadi k  ‘aqīqah (  )ﻋﻗﻴﻗﺔ akikah  maqām (  )ﻤﻗاﻡ makam  muṭlaq  (  )ﻤﻁﻠﻕ mutlak

rh menjadi r  rhapsody   rapsodi  rhombus   rombus  rhythm   ritme  rhetoric   retorika

sin ( ﺱ Arab) menjadi s  asās  (  )ﺃﺴاﺱ asas  salām  (  )ﺴﻼﻢ salam  silsilah  (  )ﺳﻠﺴﺔ silsilah   śa ( ﺙ Arab) menjadi s  aśiri  ( ﺃ  )ﺜﻴﺭﻯ asiri                                 ḥadiś  ( حﺩﻴﺙ )  hadis   śulāśā   ( ﻞ ثاء ّ  )ا ﻟﺜ selasa  wāriś  (  )ﻭاﺭﺙ waris

ṣad ( ﺹ Arab) menjadi s  ‘aṣr     ( ﻋﺼ ﺭ
)  asar                             muṣībah (  )ﻤﺼﻴﺒﺔ musibah  khuṣūṣ   )ﺨﺼﻭﺹ(  khusus  ṣaḥḥ  ( ﺼ  )ﺢ sah

syin ( ﺵ Arab) menjadi sy  ‘āsyiq  (  )ﻋاﺸﻕ asyik  ‘arsy  (  )ﻋﺭﺵ arasy  syarṭ  (  )ﺸﺭﻁ syarat

sc di depan a, o, u, dan konsonan menjadi sk  scandium   skandium  scotopia   skotopia  scutella   skutela  sclerosis   sklerosis

sc di depan e, i, dan y menjadi s  scenography   senografi  scintillation   sintilasi  scyphistoma   sifistoma

sch di depan vokal menjadi sk  schema   skema  schizophrenia   skizofrenia  scholastic   skolastik

t di depan i menjadi s jika lafalnya s  actie    aksi  ratio    rasio  patient    pasien
-40-
  ṭa ( ﻁ Arab) menjadi t   khaṭṭ     )ﺧﻂ khat  muṭlaq  (  )ﻤﻁﻠﻕ mutlak  ṭabīb  (  )ﻁﺒﻴب tabib

th menjadi t  theocracy   teokrasi  orthography   ortografi  thrombosis   trombosis  methode (Belanda)  metode

u tetap u  unit    unit  nucleolus   nukleolus structure   struktur  institute   institut

u (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi u  rukū’  (  )ﺮﻛﻭﻉ rukuk  syubḥāt (  )ﺸﺒﻬا ﺖ syubhat  sujūd            (              )ﺴﺟﻭﺩ sujud  ’ufuq  ( ﺃ  )ﻓﻕ ufuk

ua tetap ua  aquarium   akuarium  dualisme   dualisme  squadron   skuadron   

ue tetap ue  consequent   konsekuen  duet    duet  suede    sued

ui tetap ui  conduite   konduite  equinox   ekuinoks  equivalent   ekuivalen

uo tetap uo  fluorescein   fluoresein  quorum   kuorum  quota    kuota

uu menjadi u  lectuur    lektur   prematuur   prematur  vacuum   vakum

v tetap v  evacuation   evakuasi  television   televisi  vitamin    vitamin   wau ( ﻭ Arab) tetap w  jadwal  (  )ﺠﺩﻭﻝ jadwal taqwā  (  )ﺘﻗﻭﻯ takwa  wujūd  (  )ﻭﺠﻭﺩ wujud

wau ( ﻭ Arab, baik satu maupun dua konsonan) yang didahului u dihilangkan  nahwu  (  )ﻧحﻮ nahu  nubuwwah ( ﻨﺒﻭّ
   )ﹼﺓ nubuat quwwah ( ﻗﻭّ
   )ﹼﺓ kuat

aw (diftong Arab)  menjadi au, termasuk yang diikuti konsonan  awrāt  ( ﻋﻮ  )ﺭﺓ aurat   hawl  (  )هﻭﻝ haul  mawlid (  )ﻤﻭﻠﺩ maulid  walaw  ( ﻭ  )ﻠﻭ walau                       

-41-
  x pada awal kata tetap x  xanthate   xantat  xenon    xenon  xylophone   xilofon

x pada posisi lain menjadi ks  executive   eksekutif  express   ekspres  latex    lateks  taxi    taksi   xc di depan e dan i menjadi ks  exception   eksepsi  excess    ekses  excision   eksisi  excitation   eksitasi

xc di depan a, o, u, dan konsonan menjadi ksk  excavation   ekskavasi  excommunication  ekskomunikasi  excursive   ekskursif  exclusive   eksklusif

y tetap y jika lafalnya y  yakitori   yakitori yangonin   yangonin  yen    yen  yuan    yuan

y menjadi i jika lafalnya ai atau i  dynamo   dinamo  propyl    propil  psychology   psikologi  yttrium    itrium

ya ( ﻱ Arab) di awal suku kata menjadi y  ‘ināyah (  )ﻋﻨاﻴﺔ inayah   yaqīn  (  )ﻴﻗﻴﻥ yakin  ya‘nī  (  )ﻴﻌﻨﻲ yakni

ya ( ﻱ Arab) di depan i dihilangkan  khiyānah (  )ﺨﻴاﻨﺔ khianat  qiyās  (  )ﻗﻴاﺱ kias  ziyārah (  )ﺯﻴاﺭﺓ ziarah

z tetap z  zenith    zenit  zirconium   zirkonium  zodiac    zodiak  zygote    zigot

zai ( ﺯ Arab) tetap z  ijāzah  (  )ﺇﺠاﺯﺓ ijazah  khazānah (  )ﺨﺯاﻨﺔ khazanah   ziyārah (  )ﺯﻴاﺭﺓ ziarah  zaman  (  )ﺯﻤﻥ zaman

żal ( ﺫ Arab) menjadi z  ażān  (  )ﺃﺫاﻥ azan  iżn   (  )ﺇﺫﻥ izin   ustāż  (  )ﺃﺴﺘاﺬ ustaz  żāt  (  )ﺫاﺕ zat

ẓa ( ﻅ Arab) menjadi z  ḥāfiẓ  (  )حاﻔﻅ hafiz  ta‘ẓīm  (  )ﺘﻌﻅﻴﻡ takzim   ẓālim    (  ) ﻅاﻠﻡ zalim


-42-
  Konsonan ganda diserap menjadi konsonan tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan. Misalnya:  accu aki   ‗allāmah alamah   commission komisi   effect efek   ferrum ferum   gabbro gabro    kaffah kafah   salfeggio salfegio  tafakkur tafakur   tammat tamat  ʼummat umat

Perhatikan penyerapan berikut! ʼAllah Allah mass massa massal massal

Catatan: Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubah. Misalnya: bengkel nalar Rabu dongkrak napas Selasa faedah paham Senin kabar perlu sirsak khotbah pikir soal koperasi populer telepon lahir  

Selain kaidah penulisan unsur serapan di atas, berikut ini disertakan daftar istilah asing yang mengandung akhiran serta penyesuaiannya secara utuh dalam bahasa Indonesia. 

-aat (Belanda) menjadi –at advocaat advokat

-age menjadi -ase percentage persentase etalage etalase

-ah (Arab) menjadi –ah atau –at  ‗aqīdah ( )ﻋﻗﻴﺩﺓ akidah ʼijāzah ( )ﺇﺠاﺯﺓ ijazah ‘umrah ( )ﻋﻤﺭﺓ umrah 

ʼākhirah ( )ﺁﺨﺭﺓ akhirat ʼāyah ( )ﺃﻴﺔ ayat ma‘siyyah ( ﻤﻌ )ﺼﻴّﺔ maksiat 

ʼamānah ( )ﺃﻤاﻨﺔ amanah, amanat hikmah ( )حﻜﻤﺔ hikmah, hikmat ‘ibādah ( )ﻋباﺪﺓ ibadah, ibadat sunnah ( )ﺳﻧﺔ sunah, sunat sūrah ( )ﺴﻭﺭﺓ surah, surat 

-al (Inggris), -eel dan -aal (Belanda) menjadi –al structural, structureel struktural formal, formeel formal normal, normaal normal

-ant menjadi -an accountant akuntan consultant konsultan informant informan


-43-
  -archy (Inggris), -archie (Belanda) menjadi arki anarchy, anarchie anarki monarchy, monarchie monarki oligarchy, oligarchie oligarki

-ary (Inggris), -air (Belanda) menjadi -er complementary, complementair komplementer primary, primair primer secondary, secundair sekunder


-(a)tion (Inggris), -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si action, actie aksi publication, publicatie publikasi

-eel (Belanda) menjadi -el materieel materiel moreel morel

-ein tetap -ein casein kasein protein protein

-i, -iyyah (akhiran Arab) menjadi –i atau -iah ‘ālamī ( )ﻋاﻠﻤﻲ alami ʼinsānī ( )ﺇﻨﺴاﻨﻲ insani ‘āliyyah ( ﻋاﻠﻴّ )ﺔ aliah ‘amaliyyah ( ﻋﻤﻠﻴّ )ﺔ amaliah 

-ic, -ics, dan -ique (Inggris), -iek dan -ica (Belanda) menjadi -ik, ika dialectics, dialektica dialektika  logic, logica  logika physics, physica  fisika linguistics, linguistiek linguistik phonetics, phonetiek fonetik technique, techniek teknik

-ic (Inggris), -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik electronic, elektronisch elektronik mechanic, mechanisch mekanik ballistic, ballistisch balistik

-ical (Inggris), -isch (Belanda) menjadi -is economical, economisch ekonomis practical, practisch praktis logical, logisch logis

-ile (Inggris), -iel (Belanda) menjadi -il mobile, mobiel mobil percentile, percentiel persentil projectile, projectiel proyektil

-ism (Inggris), -isme (Belanda) menjadi -isme capitalism, capitalisme kapitalisme communism, communisme komunisme  modernism, modernisme modernisme

-ist menjadi -is egoist egois  hedonist hedonis publicist publisis

-ive (Inggris), -ief (Belanda) menjadi -if communicative,  communicatief komunikatif demonstrative, demonstratief demonstratif  descriptive, descriptief deskriptif

-44-
  -logue (Inggris), -loog (Belanda) menjadi -log analogue, analoog analog epilogue, epiloog epilog prologue, proloog prolog

-logy (Inggris), -logie (Belanda) menjadi -logi technology, technologie teknologi physiology, physiologie fisiologi analogy, analogie analogi

-oid (Inggris), oide (Belanda) menjadi -oid anthropoid, anthropoide antropoid  hominoid, hominoide hominoid   -oir(e) menjadi -oar trotoir trotoar repertoire repertoar

-or (Inggris), -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir director, directeur direktur inspector, inspecteur inspektur amateur amatir formateur formatur

-or tetap -or dictator diktator corrector korektor distributor distributor

-ty (Inggris), -teit (Belanda) menjadi -tas university, universiteit universitas quality, kwaliteit kualitas quantity, kwantiteit kuantitas

-ure (Inggris), -uur (Belanda) menjadi -ur culture, cultuur kultur premature, prematuur prematur  structure, struktuur struktur

-wi, -wiyyah (Arab) menjadi -wi, -wiah dunyāwī ( )ﺩﻧﻴاﻭﻯ duniawi                kimiyāwī ( )ﮐﻴﻤﻴاﻮﻰ kimiawi                lugawiyyah (ﺔّ  )ﻟﻐﻮى lugawiah                    


No comments:

Post a Comment

TUGAS LIBURAN KELAS VIII